Judul Film : The Iron Lady
Pemain : MerylStreep(Margareth Thatcher),
Jim Broadbent(Dennis Thatcher),Susan Brown(June),Olivia Colman(Carol Thatcher),
Phoebe Waller-Bridge(Susie), Iain Glen(Alfred Roberts, dll.
Produksi : 13 Januari 2012
Produser :
Damian Jones
Sutradara :
Phyllida Llyod
Penulis
naskah :
Abi Morgan
SINOPSIS
Mengangkat cerita yang dialami
oleh mantan Perdana Menteri Inggris Margareth Thatcher (Meryl Streep), The
Iron Ladymenawarkan sebuah kisah yang mampu memberikan semangat bagi semua
orang untuk berkarya dan berjuang keras demi membangun negaranya. The Iron
Lady berkisah tentang kehidupan Margareth Thatcher di masa mudanya yang
berjuang sangat keras untuk meraih kedudukan di parlemen. Demi mencapai
tujuannya tersebut, Margareth tentunya mendapat berbagai hambatan, salah
satunya adalah diskriminasi gender. Alfred Robert (Ian Glen) selaku Ayah dari
Margareth, adalah sosok yang paling berjasa dalam membentuk ambisi besar
putrinya.
Sebagai putri dari seorang pedagang, Margareth
pun memiliki misi untuk meingkatkan kemandirian para pekerja kecil maupun
besar, demi membangun negaranya sendiri. Di Awal perjuangannya, suara atau
kampanye Margareth untuk mencalonkan diri ke parlemen hampir tidak terdengar. Mereka
masih menganggap kalau kaum perempuan hanya mampu bertugas di dapur dan tidak
memiliki kekuatan untuk memimpin negara.
Namun berkat tekad dan kerja yang
keras, akhirnya Margareth bisa menjadi Perdana Mentri Inggris. Tapi bukan
berarti setelah menjadi Perdana Mentri Inggris, masalah yang dihadapi oleh
Margareth sudah selesai. Dirinya pun masih dihadapkan dengan reaksi masyarakat
dan anggota parlemen yang lain, terhadap keputusan-keputusan yang telah
dibuatnya.
RESENSI FILM
The Iron Lady, adalah sebuah film yang mengisahkan tentang
Margaret Thatcher, Perdana Menteri dengan masa jabatan terlama dalam sejarah
kerajaan Inggris. Tema
besar dari film ini adalah sejarah pemerintahan dan politik Inggris, dengan
menonjolkan sosok seorang pemimpin yang tegas, meskipun ia adalah seorang
perempuan. Pada masa hidup Margaret Thatcher, perempuan tidak dipercaya menjadi
seorang pemimpin di Inggris. Pemerintahan didominasi oleh laki-laki, yang
notabene malah belum menunjukkan kemajuan bagi negeri. Dengan segenap keberanian,
tokoh Margaret Thatcher yang diperankan oleh Meryl Streep, kemudian memutuskan
untuk masuk ke dalam pemerintahan Inggris. Tak puas terpilih sebagai Menteri
Pendidikan, ia mencalonkan diri menjadi Perdana Menteri.

Selain
dari alur cerita, kami sangat salut pada karakter tokoh-tokoh di dalamnya, baik
Margaret maupun suaminya, Denis. Margaret beruntung memiliki suami yang
mengerti sepenuhnya, bahwa seluruh hidup istri tercintanya, akan didedikasikan
untuk pelayanan publik. Dan Margaret, adalah sosok seorang pemimpin yang tegas,
yang konsisten dengan pendiriannya, namun tetap memiliki dedikasi kepada
keluarganya. Harapannya selain menjadikan Inggris lebih maju, juga ingin
melihat putera-puterinya tumbuh bahagia.
Ini adalah foto Perdana Menteri Inggris yang asli, Margaret
Thatcher, yang kisah hidupnya menginspirasi pembuatan film “The Iron Lady”.

1.
Seorang perempuan
harus berani mewujudkan cita-citanya,
meskipun banyak yang meremehkan.
2.
Ada satu pesan dari
sahabat Margaret : “Ketika ingin mengubah negara, pimpinlah!“
3.
Selain ingin agar
Inggris menjadi negara yang maju, keinginan terbesar Margaret dalam
hidupnya adalah ingin melihat putera-puterinya tumbuh bahagia.
4.
Meski harus
mengorbankan nyawa prajurit, Margaret teguh pada pendirian bahwa Kedaulatan
penting bagi sebuah Negara. Margaret memutuskan perang dengan Amerika
Serikat untuk mempertahankan sebuah pulau yang jauh terpencil dan dianggap
tidak menghasilkan apa-apa bagi Inggris. Ia mengambil contoh betapa Amerika
juga dulu mempertahankan pulau Hawaii meskipun jauh dan terpencil. Amerika
tidak menyerahkannya kepada Jepang saat Jepang “menawar” secara diplomatis
untuk menduduki pulau tersebut.
5.
Ketika keputusannya
untuk menyatakan perang harus mengorbankan nyawa-nyawa prajurit, Margaret
menulis surat dengan tulisan tangannya sendiri, kepada keluarga prajurit dan
menyatakan “perjuangan prajurit untuk kedaulatan Inggris tidak pernah
sia-sia,”.
6.
Meski kebijakannya
pernah mendapat kecaman, ia memiliki prinsip bahwa : “mungkin keputusan
kita akan dihujat oleh generasi saat ini, tapi generasi selanjutnya akan
berterima kasih atas keputusan yang diambil hari ini,”
7.
Kisah hidup Margaret
Thatcher juga mengisahkan tentang pengkhianatan yang dilakukan oleh orang-orang
terdekat, yang akhirnya mengancam kepemimpinannya. Film ini pada akhirnya
menggambarkan dengan indah, bagaimana sulitnya memimpin sebuah negara,
dalam gelombang pro dan kontra dari rakyat dan bahkan orang-orang di dalam
pemerintahan sendiri.
Kelebihan Film
: Banyak hal yang bisa diambil dari film The Iron Lady, bukan
sebatas tontonan yang menginspirasi saja. Film garapan Phyllida Lloyd ini
memiliki pesan untuk terus bekerja keras dan berjuang demi mengejar impian.
Khususnya bagi kaum perempuan, film yang berdurasi 105 menit tersebut diyakini
bisa menambah rasa percaya diri untuk berkompetisi dengan kaum laki-laki.
Kekurangan Film
:
Walau penonton (kami) tidak dibekali dengan
pengetahuan yang cukup akan sosok Margaret Thatcher, mungkin setiap orang bisa merasakan
ia sebagai pemimpin yang mempunyai ideologi yang mendalam, tegas dan telah
melalui banyak kejadian bersejarah. Hanya saja, sayang The Iron Lady gagal
menangkap banyak esensi penting dari banyak kejadian yang dialami Margaret
Thatcher untuk menuangkannya kembali kedalam sebuah cerita yang mampu menarik
perhatian lebih dari penonton (kami).
Phyllida Lloyd mengarahkan film ini terasa begitu
datar dan gagal menjaga intensitas alur cerita yang mengakibatkan kisah
kehidupan Lady Thatcher yang sebenarnya begitu banyak intrik tak lebih dari
sekadar kilasan kilasan belaka. Setelah storyline dan naskah yang tidak bisa
digali dengan sempurna, sisi akting para jajaran bintang film ini seperti
semakin menambah urutan kekurangan film ini, selain Meryl Streep yang tampil
flawless, rasanya tidak ada satupun dari jajaran pemain film ini yang
memberikan penampilan apik mereka, kurangnya pendalaman karakter mungkin salah
satu penyebab hal ini, sayang sekali karakter Denis Thatcher yang seharusnya
krusial dalam hidup Margaret terasa tersia siakan akibat kurangnya pendalaman
karakter dan lemahnya naskah film ini.
Alur maju mundur/flashback yang
dihidangkan di film ini seperti tumpang tindih, Margaret yang sudah tua terasa
mendapat porsi lebih banyak dibanding Margaret saat dimasa keemasannya
memerintah Inggris, pertama saya mengira bisa menyaksikan biopic seorang Lady
Thatcher yang menitik beratkan pada perjuangannya mencapai tampuk kekuasan
perdana menteri, namun saya hanya menelan kekecewaan setelah masa masa itu dihadirkan
dalam adegan flashback yang tidak seimbang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar